Photobucket Weblog ini dibuat semata2 hanya untuk pribadi, bertujuan untuk Berbagi imajinasi,Kreasi, dan Pengetahuan, yok... kita berkarya dan berbagi ilmu bersama meski sedikit ilmu namun berguna bagi bersama
  • Home 1
  • Bisnis
  • Contact
  • TV
  • Log In
  • Sabtu, 20 Agustus 2011

    Fullwave Yamaha Jupiter, Mio, Nouvo, Xeon

    Modifikasi fullwave pada motor Yamaha Jupiter MX/Z, Vega ZR, Mio, Xeon, Nouvo lebih gampang dibanding motor laen, pasalnya ground spul-nya nggak tertanam di stator … jadi nggak musti bongkar generator/alternator motor :-D Cirinya, perhatikan kabel-kabel yang ada di soket alternator … kalo di situ terdapat kabel berwarna putih, kuning, dan hitam, berarti motor kamu termasuk yang gampang dimodif fullwave.

    Caranya? Lihat diagram di bawah:


    Perhatikan tanda X merah pada gambar, artinya “disconnect” atau dicabut/dilepas

    Sebelum bongkar-bongkar, cabut fuse aki atau kabel terminal aki untuk mencegah konslet apabila jalur suplai listrik menyentuh ground secara nggak sengaja.

    Lepaskan soket spul … pada soket yang menuju spul, cabut jalur kabel kuning dan hitam. Kabel kuning diisolasi (ini nggak dipakai) dan kabel hitam disambungkan ke kabel tambahan — panjang kabel secukupnya, kira-kira bisa menjangkau posisi regulator. Kalo sudah, pasang kembali soket spulnya. Jadi di soket ini cuma kabel putih yang terhubung ke kabel bodi.

    Lanjut … Ganti regulator/kiprok bawaan motor dengan regulator fullwave milik Honda Tiger — bisa jg regulator fullwave lainnya. Perhatikan, ada 5-kaki di regulator Tiger … 1-2-3 di atas dan 4-5 di bawah.

    Cabut kabel merah dari soket kiprok lama dan pasangkan ke regulator Tiger #1.

    Cabut kabel hitam dari soket kiprok lama dan pasangkan ke regulator Tiger #3.

    Cabut kabel putih dari soket kiprok lama dan pasangkan ke regulator Tiger #4.

    Sedangkan kabel tambahan yang terhubung ke kabel hitam spul langsung dipasangkan ke regulator Tiger #5.

    Masih ada satu kabel lagi di soket kiprok lama, yaitu kabel kuning. Cabut kabel ini, gabungkan dengan kabel cokelat dan pasangkan ke regulator Tiger #2. Kabel cokelat merupakan jalur “+” dari kunci kontak.

    Masih kurang jelas??? Baca lagi skema di atas!!! :-D

    sumber: http://kotsk.wordpress.com/2010/11/21/modifikasi-fullwave-yamaha/

    Fullwaving Suzuki Shogun NR / FU150 / Smash 110 / Spin

    Sama kayak Honda Beat/Vario, fullwaving Suzuki Shogun NR / Satria FU150 / Smash 110 / Spin musti “disconnect” ground spul. Saya sih blom pernah bongkar langsung FU150 ama Smash 110, tapi dilihat dari skema kelistrikannya sama :)

    Stator Suzuki Shogun NR

    Sesuai gambar di atas, kawat yang terhubung ke tab GROUND spul musti dicabut/dipotong …

    Kawat ground spul dicabut/dipotong

    Selanjutnya ujung kawat tadi disambung dengan kabel tambahan untuk dijadikan jalur pengisian menuju regulator fullwave (misal, regulator Honda Tiger). Jangan lupa sambungan tadi ditutup/diisolasi dengan selang bakar atau shrink tube — bisa dibeli di toko listrik/elektronika atau Ace Hardware — Instalasi lengkapnya bisa dilihat dari skema di bawah:

    Skema fullwaving Suzuki Shogun NR

    Saya saranin pakai regulator/kiprok yang original, karena regulasi voltasenya lebih bagus, terutama tuk FU150 yang pakai speedometer digital. Speedometer ini gak bisa kena voltase di atas 15V DC, karena bakal ngedip dan nge-reset. Cara kedua, dengan membatasi (regulasi) voltase di jalur suplai ke speedometer agar voltasenya di bawah 15V, misal dengan menggunakan IC LM7812. Cara ketiga, menggunakan 2 butir diode 1A yg dirangkai seri (agar ada voltage-drop sebesar 1.4V).

    sumber: http://kotsk.wordpress.com/2011/02/04/fullwaving-suzuki-shogun-nr-fu150/

    Fullwaving Kawasaki Ninja 150R

    Ini diagram charging & ignition standar pada Ninja 150R …

    Sama seperti lainnya, modifikasi “fullwave” Ninja 150R harus meng-unground-kan kawat spul yang nyantol ke rangka/bodi/massa. Pada diagram di atas saya tandai sebagai “grounded spul” yang nyantol di spul pengapian.

    Setelah dilepas, selanjutnya tinggal disambungkan dengan kabel tambahan untuk dijadikan jalur pengisian (sama seperti kabel PINK) langsung menuju kiprok/regulator fullwave.

    Jalur spul lampu juga harus dilepas dari soket dan nggak boleh terhubung dengan jalur lampu di kabel bodi. Karena rencananya lampu bakal ngambil suplai dari aki, jadi listrik DC (dari aki) nggak boleh “nyampur” dengan listrik AC (dari spul) supaya spul nggak hancur terbakar :D

    Kalo bagian alternator sudah kelar dimodifikasi, tinggal instalasi regulator/kiprok fullwave dan sedikit modifikasi jalur-jalur kabel. Instalasi & modifikasi jalur kabel bisa ikuti skema di bawah ini:


    Selesai ;)

    sumber: http://kotsk.wordpress.com/2011/04/24/fullwaving-ninja-150r/

    Fullwaving Yamaha Scorpio

    Modifikasi kelistrikan fullwave Yamaha Scorpio musti bongkar stator :) karena salah satu ujung kawat kumparan tertanam ke bodi/massa/ground.

    Ujung kawat kumparan terhubung dengan ground

    Karena syarat fullwave adalah “nggak boleh ada bagian kumparan yang tersentuh dengan ground“, maka ujung kawat tersebut harus dicabut dari solderan … dipotong juga nggak apa :D

    Selanjutnya ujung kawat tadi disambungkan ke kabel tambahan … atau bisa pakai kabel/jalur spul lampu (kabel warna kuning pada stator) karena jalur ini nggak dipakai lagi nantinya.

    Ujung kawat kumparan disambung kabel tambahan

    Nah, kabel tambahan ini nantinya sebagai jalur pengisian (charging) seperti kabel putih pada stator.

    Prinsip modifikasi halfwave ke fullwave

    Jangan lupa sambungan tadi dilapis/ditutup dengan heat-shrink tube (selang bakar) supaya nggak tersentuh kemana-mana …

    Sambungan diisolasi dengan selang bakar

    Nantinya kabel kuning dari arah kabel bodi, yang menuju stator, dicabut dari soket dan diisolasi … ini supaya arus AC dari stator nggak nyampur dengan arus DC dari aki (karena suplai lampu nantinya diambil dari aki).

    Kalo udah kelar, tinggal rakit lagi stator ke tempatnya semula. Nantinya ada 2 jalur dari stator sebagai input pengisian (charging) lansung menuju regulator, yaitu kabel putih dan kabel tambahan tadi.

    Langkah selanjutnya, instalasi regulator fullwave … lebih lengkapnya bisa dilihat di sini.

    Fullwaving Honda Vario

    Fullwaving Honda Vario (semua varian) … persis kayak fullwaving Honda Beat yang pernah saya beberkan sebelumnya …

    Singkat aja …

    Ini stator Vario …

    Langkah-langkahnya sama persis kayak fullwaving Honda Beat … Part-1 dan Part-2 :)

    Fullwaving Honda Beat (Part-2)

    Part-2: Mengganti Regulator Fullwave & Modifikasi Jalur Kelistrikan

    Setelah memodifikasi alternator menjadi fullwave, kini saatnya mengganti regulator (kiprok) bawaan motor dengan regulator fullwave. Di sini saya memakai regulator milik Honda Tiger. Harga regulator ini sekitar Rp 250rb (branded AHM). Atau bisa menggunakan regulator Tiger produk lain (non-AHM) yang hanya berharga Rp 80rb.

    Regulator Honda Tiger

    Regulator fullwave 1-phase milik Honda Tiger

    Regulator Tiger berukuran sedikit lebih lebar dibanding regulator bawaan Honda Beat. Jadi pinter-pinter menentukan lokasi pemasangannya :) Usahakan nggak jauh dari posisi alternator dan aki, biar irit kabel, huehuehue :D

    Nah, regulator ini memiliki 5 pin/kaki/terminal … 3 pin di atas (kita urut menjadi pin #1, #2, dan #3) dan 2 pin di bawah (kita urut menjadi pin #4 dan #5). Jangan lupa soket kabel untuk regulatornya … bisa dibeli di toko-toko elektronik atau toko onderdil mobil. Biasanya dikenal dengan sebutan “soket 6-kaki baring”. Atau bilang aja soket kontak mobil.

    Nah, sebelum instalasi jalur kabel, jangan lupa cabut fuse 15A atau lepas kabel terminal “+” aki agar nggak terjadi short/konslet secara nggak sengaja.

    Oke. Perhatikan lagi kabel-kabel dari stator … Di situ terdapat 3 kabel standard (putih, kuning, dan biru-kuning), plus satu kabel ekstra (cokelat). Kabel kuning nggak digunakan karena sudah dilepas dari soket kabel dan diisolasi, sementara kabel biru-kuning nggak diganggu gugat (ini jalur positif pulser yang mengatur timing pengapian di CDI). Kabel putih masih duduk manis di soket stator. Jadi sisa kabel ektra (cokelat yang belum terpasang) … inget, kabel ekstra ini sama seperti kabel putih, yaitu sebagai jalur pengisian (charging).

    Nah, di soket regulator lama ada 4 kabel terpasang, yaitu: jalur positif aki (kabel merah), jalur ground (kabel hijau), jalur pengisian (kabel putih), dan jalur lampu (kabel kuning).

    Dari soket lama tadi, pindahkan kabel merah ke pin #1 regulator Tiger. Lanjut, pindahkan kabel hijau ke pin #3 regulator Tiger. Lanjut lagi, pindahkan kabel putih ke pin #4 regulator Tiger.

    Untuk kabel kuning, gabungkan dengan jalur output kunci kontak (kabel hitam, bisa diambil dari fuse 10A) dan pindahkan ke pin #2 regulator Tiger. Pin #2 merupakan jalur “voltase referensi”. Di sini kita bakal memonitor tegangan aki melalui jalur “+” output kunci kontak — kunci kontak terhubung dengan jalur positif aki melewati fuse 10A. Jadi fungsi monitoring aktif jika kontak pada posisi ON.

    Sementara jalur lampu (lampu utama & lampu senja) mengambil suplai listrik dari aki melalui jalur output kunci kontak. Itulah kenapa kabel kuning tadi kita jumper dengan kabel hitam dari output kunci kontak. Dengan begitu lampu hanya bisa dinyalakan jika kunci kontak pada posisi ON.

    Nah, sisa satu pin lagi … Inget kabel ekstra dari stator? Sekarang pasang kabel ini LANSUNG ke pin #5 regulator Tiger (boleh bolak-balik dengan kabel putih, pin #4). Maksudnya “LANGSUNG”, jalur ini nggak boleh numpang ke jalur lain … jadi dari spul langsung ke regulator. Itulah kenapa saya minta gunakan kabel ekstra yang rada panjang :)

    Skema pemasangan secara lengkap bisa dilihat di bawah:

    Skema fullwaving Honda Beat

    Sudah terpasang semua? Sekarang coba hidupkan mesin motornya … Fuse aki (15A) dan/atau kabel terminal aki jangan dipasang dulu. Kemudian nyalakan mesin motor dengan starter kaki (engkol). Bisa menyala? Ok, matikan! Berarti modifikasi alternator dan regulator fullwave berfungsi dengan baik.

    Sekarang pasang kembali fuse 15A dan/atau kabel terminal aki yang dilepas tadi. Kemudian ON-kan kunci kontak dan nyalakan lampu utama. Jika menyala, berarti jalur lampu terpasang dengan baik. Ok, matikan lampunya :D

    Lanjut, ukur voltase di terminal aki menggunakan multimeter. Perhatikan angka di multimeter … itu menunjukkan nilai voltase aki (biasanya kisaran 12.3~12.8V). Kemudian nyalakan kunci kontak dan mesin (boleh pake starter elektrik, boleh pake starter engkol). Lihat lagi angka di multimeter. Nilainya harus lebih tinggi dari 12V … kisaran 13~15V, pertanda output regulator mengambil alih suplai listrik.

    Kemudian nyalakan lampu utama … biasanya voltase bakal turun mencapai 12V atau kurang dikit … ini normal. Lanjut putar gas sedikit (kira-kira setara dengan berjalan pada kecepatan 30~40 km/jam). Nilai voltase bakal naik hingga maksimal 14.5~15.6V … artinya ada suplai dari output regulator. Nilai ini nggak boleh >16V (baik kondisi tanpa beban maupun beban penuh) karena beresiko “menyiksa” aki dan komponen elektrik lainnya, termasuk CDI! Jika output regulator >16V, periksa jalur voltase referensi terpasang dengan baik … atau … dengan terpaksa ganti regulator :) Dan pada kondisi beban penuh, voltase juga nggak boleh kurang dari 12.8V. Kurang dari itu, aki bakal tekor karena tidak terisi (charge) dengan baik.

    Jumat, 19 Agustus 2011

    Instalasi Regulator Fullwave Honda Tiger

    Kalo mau di-posting satu-satu modifikasi fullwave (biasa disingkat “FW”), bakal nggak muat blog ini karena begitu bejibun tipe motor yang beredar di sini :D

    Prinsip dasarnya sama … pada alternator fullwave, spul/kumparan/koil pada stator untuk pengisian (charging) nggak boleh ada SATU BAGIAN PUN dari kawat kumparan yang terhubung ke ground/massa/rangka/bodi (floating ground). Jadi, kedua ujung kumparan musti nancap langsung ke regulator FW sebagai input listrik.

    Catatan: yang nggak tau apa itu ALTERNATOR … alternator adalah “pembangkit listrik” yang mengubah energi gerak (kinetis) menjadi energi listrik — Ada juga yang nyebut “Generator (AC)” atau “(AC) Magneto”, karena emang menghasilkan arus AC (Alternating Current, atau arus bolak-balik, kayak listrik PLN). Biasanya putaran rotor (bagian dari alternator) mengikuti putaran mesin, karena memang terpasang pada as mesin :D

    Pada fullwave, nggak ada kumparan yang terhubung ke ground/massa

    Setelah berhasil mengubah alternator ke tipe fullwave (kebanyakan dari halfwave ke fullwave 1-phase), Rectifier/Regulator pun (atau disingkat R/R atau “Regulator” tok, atau kebiasaan dikenal KIPROK — meski kurang pas :D ) musti diganti dengan regulator untuk kelistrikan fullwave. Karena regulator yang umum dipakai adalah regulator Honda Tiger, jadi di artikel ini kita pakai regulator Honda Tiger sebagai acuan :) Mau pakai regulator lain, silahkan, asalkan regulator tersebut didesain untuk kelistrikan fullwave

    Catatan: yang nggak tau apa itu RECTIFIER/REGULATOR … R/R adalah perangkat yang mengubah listrik AC (Alternating Current = arus bolak-balik) dari alternator, menjadi listrik DC (Direct Current = arus searah) — istilahnya RECTIFIED. Sebelum dialirkan keluar, besaran listriknya dibatasi hingga kisaran 14.5V. Setelah itu dialirkan keluar menuju aki dan perangkat listrik lainnya seperti lampu, CDI DC, dkk.

    Regulator Honda Tiger (fullwave 1-phase)

    Lah, trus jalur-jalur kabelnya diubah juga dong? Ya pasti lah! Tapi nggak semua. Diubah gimana? Ya ikuti skema kelistrikan milik Honda Tiger …

    Wiring regulator Honda Tiger

    Nah, gambar di atas adalah skema jalur pengisian (charging) di Honda Tiger. Nggak banyak modifikasi kabel kan? :D

    Jadi, pada dasarnya, modifikasi kelistrikan halfwave ke fullwave (1-phase) pada motor adalah sama … bedanya cuma terletak pada alternator dan warna kabel doang :D

    Well, yang punya niat tuk modifikasi kelistrikan motornya, tolong baca artikel ini baik-baik … cetak ke kertas kalo perlu :D karena nanti-nantinya saya cuma posting modifikasi alternatornya doang …

    Wasalam …


    sumber : http://kotsk.wordpress.com/2011/05/03/instalasi-reg-fw-tiger/

    Memasang Relay untuk Headlamp

    Penggunaan bohlam berdaya (watt) besar — lebih besar dibanding bawaan pabrik — membutuhkan suplai listrik yang lebih besar pula. Sayangnya, jalur listrik lampu tersebut (kabel-kabel dan sakelar) belum tentu mampu meng-handle suplai listrik sebesar itu. Jika “dipaksa” kabel dan sakelar bisa panas, rusak, atau bahkan terbakar …

    Solusinya, gunakan relay!

    Penggunaan relay pada headlamp nggak berarti bakal membuat cahaya lampu menjadi lebih terang. Relay hanya sekedar sakelar elektrik, yaitu sakelar yang diaktifkan dengan menggunakan arus listrik atau, tepatnya, relay digunakan untuk men”switch” sirkuit berdaya besar melalui sirkuit berdaya kecil. Sementara terangnya cahaya lampu tergantung pada spesifikasi lampu itu sendiri, dan suplai listriknya.

    Catatan: kalo pengen lebih jelas mengenal relay, silahkan search di internet :D

    Oke, gimana cara instalasi relay pada headlamp?

    Perhatikan gambar di bawah … ini diagram wiring standar pada headlamp … sumber listrik -> sakelar on/off -> sakelar hi/lo -> lampu.

    Abaikan jalur-jalur lain! Kita fokus di jalur kabel yang menuju lampu aja :)

    Selanjutnya potong kabel-kabel yang menuju headlamp. Pada gambar di bawah, tampak jalur lampu terbagi dua: [1] jalur A, kabel yang menuju lampu, dan [2] jalur B, kabel yang menuju sakelar (hi/lo) …

    Siapkan dua buah relay … satu relay 4-kaki dan satu relay 5-kaki. Bisa gunakan relay otomotif/mobil (karena relay ini mampu meng-handle daya listrik yang cukup besar). Jangan lupa soket relay-nya, plus kabel secukupnya dan fuse/sikring 10A atau 20A. Kemudian instalasi seperti diagram di bawah ini:

    Catatan: perhatikan bagaimana instalasi relay antara jalur A dan jalur B :)

    Oia, jangan lupa, gunakan kabel yang lebih tebal untuk jalur listrik besarnya — yaitu antara “aki ke relay” dan “relay ke lampu”.


    sumber: http://kotsk.wordpress.com/2011/05/22/memasang-relay-untuk-headlamp/

    Senin, 08 Agustus 2011

    Belajar HTML Bag. 4 ( Lists )

    Dalam menyusun webpage, sering sekali kita membutuh list, baik itu dengan nomer maupun dengan symbol tertentu. Hal itu dapat saja anda lakukan manual dengan mengetikannya sebagai text, akan tetapi untuk praktik yang baik sebaiknya anda gunakan tag-tag list yang sudah disediakan oleh HTML guna portabilitas antar browser tetap dapat terjaga. Ok, disini kita akan membahas ordered list, unordered list, directory list, menu list. Ok kita mulai,
    Jenis-jenis List
    1.
    Ordered List <ol>
    Adalah list yang memiliki system penomoran dengan menggunakan angka. Untuk membuat ordered list anda dapat menggunakan tag <ol>.
    1.
    Unordered List <ul>
    Adalah list yang tidak memiliki system penomoran, sehingga sebagai gantinya list ini menggunakan symbol-symbol tertentu untuk menandai suatu list. Untuk menggunakannya anda dapat menggunakan tag <ul>.
    1.
    Directory List <dir>
    Adalah list yang memiliki system seperti sebuah direktori. Untuk menggunakannya anda dapat menggunakan tag <dir>.
    1.
    Menu List <menu>
    Menu list adalah list yang memiliki system list yang bersifat debagai menu. Untuk menggunakannya anda dapat menggunakan tag <menu>
    Code :
    <html>
    <head>
    <title> Kebangsaan Tutorial </title>
    </head>
    <body>
    <ol>Ordered List
    <li>satu</li>
    <li>dua</li>
    <li>tiga</li>
    </ol>
    <ul>Unordered List
    <li>one</li>
    <li>two</li>
    <li>three</li>
    </ul>
    <dir>Directory List
    <li>siji</li>
    <li>loro</li>
    <li>telu</li>
    </dir>
    <menu>Menu List
    <li>pecel lele</li>
    <li>sambel trasi</li>
    <li>tiwul goreng</li>
    </menu>
    </body>
    </html>
    Hasil :
    Komponen List
    1.
    List item<li>
    Tag ini digunakan untuk membuat item dalam sebuah list.
    1.
    Definition List <dl>
    Tag ini digunakan untuk membuat sebuah definisi dari sebuah list.
    1.
    Definition Term <dt>
    Tag ini digunakan untuk membuat sebuah definisi dari sebuah term.
    1.
    Definition Description <dd>
    Tag ini digunakan untuk membuat sebuah definisi dari sebuah deskripsi.
    Untuk lebih memahami penggunaanya, mari kita lihat kode dibawah ini :
    Code :
    <html>
    <head>
    <title> Kebangsaan Tutorial </title>
    </head>
    <body>
    <dl>Makanan Favorit
    <dt>Suweg</dt>
    <dd>- Merupakan makanan yang paling saya sukai</dd>
    <dt>Kluwih</dt>
    <dd>- Sayuran paling favorit</dd>
    </dl>
    </body>
    </html>

    Hasil :

    yang lainnya:

    Belajar HTML Bag.1 ( Mengenal HTML ), Belajar HTML Bag. 2 ( Basic HTML ),
    Belajar HTML Bag. 3 ( Text & Font Formatting ), Belajar HTML Bag. 4 ( Lists )

    Rabu, 03 Agustus 2011

    Aborsi...!!!!! oh.... no.... Berani berbuat ya berani bertanggung jawab mestinya


    Aborsi semakin momok di negeri ini, bahkan di internet saat ini sudah banyak situs yang menjual jamu atau obat peluntur untuk melakukan proses aborsi ini. Seperti Ginekosit/genocide, Ctytotex one yang untuk usia 0-1 bln, Ctytotex pra untuk usia 1-2 bln, Ctytotex plus 2-3 bln, dan Ctytotex gold 3-4 bln, memang bisa dijadikan obat yang dapat menggugurkan kandungan, tapi tidak jaminan untuk bersih total, kadang2 ada yang minum malah kandungan jadi semakin kuat!.

    Begitu kejamnya jika aborsi dilakukan tanpa sebab yang tepat. Belum lagi risiko yang harus ditanggung oleh pelaku aborsi tersebut.

    Konon aborsi dengan professional yang dilakukan oleh dokter lebih aman. Tapi tahukan anda kalau prosesnya sebenarnya sama saja dengan proses membunuh tikus? bahkan bagi sang calon ibu juga sangat mengerikan kalau melihat 'Jalan Kelahiran' miliknya diobok-obok gitu. perhatikan saja gambar-gambar dibawah ini:




    Postingan kali ini adalah postingan ilmu kedokteran dan merupakan artikel ilmiah, jadi jauhkan dari prasangka buruk hanya dari judulnya saja. Bagi para ibu yang menginginkan menggugurkan kandungan untuk banyak alasan, ada banyak keputusan yang menjadi pilihannya untuk menghadapi kehidupan pada beberapa bulan mendatang.

    Beberapa pertanyaan seperti bagaimana cara menggugurkan kandungan dibawah umur tiga bulan, dua bulan atau satu bulan?. Ada beberapa cara menggugurkan kandungan atau yang dikenal dengan aborsi. Untuk menggugurkan kandungan, pastinya Anda perlu membahasnya dengan dokter yang akan membantu Anda. Yang terpenting untuk diketahui saat mempertimbangkan melakukan pengguguran adalah waktu yang tepat untuk melakukannya. Tidak semua prosedur dapat dilakukan pada setiap tahap kehamilan.

    Selama 12 minggu pertama kehamilan (sekitar 3 bulan), ada beberapa opsi yang tersedia untuk menggugurkan kandungan. Diantaranya adalah Manual Vacuum Aspiration (MVA), Dilation and Curettage (D&C), dan Electric Vacuum Aspiration (EVA). Beberapa pilihan barusan adalah pilihan yang memungkinkan untuk dibahas dengan dokter Anda. Ada juga cara kimia yang tersedia di mana semacam koktail dicampur obat yang nantinya dapat merangsang keguguran.

    Jika waktu kehamilan / usia kandungan menginjak pada trimester kedua sangatlah penting untuk mempertimbangkan melakukan penghentian kehamilan, D&C (Dilatasi dan Kuret) dapat dilakukan selama beberapa minggu pertama trimester, dan bisa juga dilakukan Dilation and Evacuation (D&E). Metode penguguran kehamilan untuk late-term abortions (aborsi yang terlambat) seperti histerektomi, Early Induced Labor (induksi), Intact Dilation and Extraction (IDX).

    Dari cara mengugurkan kandungan dengan teknik D&C, biasanya dokter akan menghindari situasi berikut, kecuali jika sangat diperlukan:

    • Gangguan pembekuan darah:
      Tegantung pada kemampuan alami tubuh untuk menghentikan pendarahan setelah kuret. Wanita dengan kelainan darah tertentu biasanya tidak diberikan operasi ini.
    • Masalah medis serius:
      Jantung dan penyakit paru-paru.
    • Infeksi panggul:
      Jika Anda memiliki infeksi saluran reproduksi, ada kemungkinan instrumen bedah yang akan masuk ke vagina dan leher rahim dapat membawa bakteri dari vagina atau leher rahim ke dalam rahim Anda. Ada juga peningkatan risiko cedera pada jaringan yang terinfeksi. Karena alasan ini, dokter Anda dapat memilih untuk menunggu sampai selesai infeksi diterapi dengan antibiotik sebelum melakukan D&C.

    Sejauh ini, 16 negara sudah melarang untuk dilakukannya late-term abortions. Seringkali aborsi dilakukan pada tahap berikutnya dalam kehamilan karena adanya alasan kesehatan ibu berada pada risiko, namun dapat menjadi kasus lagi jika seorang ibu tidak mampu melakukan aborsi pada awal kehamilan. D&E merupakan cara yang paling sering digunakan untuk late-term abortions.

    Alasan terbesar adanya kontroversi sekitar debat aborsi adalah fetal pain. Beberapa berpendapat bahwa janin dapat merasakan sakit selama trimester pertama, sementara yang lain mengatakan nyeri tidak dapat dirasakan sampai reseptor saraf telah berkembang sepenuhnya pada trimester kedua dan ketiga.

    Apapun situasi, alasan dan kondisinya, sangat penting untuk mengetahui semua fakta-fakta saat membuat keputusan menggugurkan kandungan dan cara melakukan aborsi, sebab keputusan yang telah dibuat akan berlangsung seumur hidup Anda dan tidak akan pernah dapat dilupakan.

    Kalau tidak karena terpaksa karena faktor darurat yang membahayakan kesehatan sang ibu, maka menggugurkan kandungan adalah tindakan yang kejam, setuju ........??????